Kisahmusliminfo
- Perdebatan yang terjadi di antara manusia biasa merupakan hal biasa. Namun,
akan berbeda kesannya jika perdebatan terjadi di antara orang-orang shalih,
apalagi di kalangan para nabi Allah 'alaihimussalam yang mulia. Mungkinkah hal
itu terjadi? Ya, hal itu pernah terjadi. Nabi Musa dan nabi Adam 'alaihima
salam pernah berdebat di hadapan Allah dan perdebatan tersebut disaksikan oleh
rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam. Bagaimana hal itu bisa
terjadi, ketiga nabi tersebut hidup di zaman yang berbeda? Jawabnya Allah maha
berkuasa atas segala sesuatu, yang tidak mungkin bagi akal kita, Allah dapat
melakukannya dengandangat mudah. Penasaran bagaimana kisahnya, mari kita simak
uraiannya sebagai berikut.
Debat Nabi Musa dan nabi Adam 'alaihima salam
Musa
berkata, ’Kamu adalah Adam yang diciptakan oleh
Allah dengan tangan- Nya. Dia meniupkan ruh-Nya padamu, Dia memerintahkan
Malaikat sujud kepadamu, dan Dia mengizinkanmu tinggal di Surga-Nya. Kemudian
gara-gara kesalahanmu, kamu menjadikan manusia diturunkan ke bumi.’
Adam
menjawab, Kamu adalah Musa yang dipilih oleh
Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu Lauh [kepingan kayu atau
batu] yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia telah mendekatkanmu
kepada-Nya sewaktu kamu bermunajat kepada-Nya. Berapa lama kamu mendapatkan
Allah telah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?’
Musa
menjawab, ’Empat puluh tahun.’
Adam
bertanya, ’Apakah di sana tertulis, 'Dan
durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah dia.’ (QS. Thaha: 121)?’
Musa
menjawab, ’Ya.’
Adam
berkata, ’Apakah kamu menyalahkanku hanya karena aku melakukan sesuatu yang
telah ditulis oleh Allah atasku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?’
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Adam
mengungguli argumen Musa."
Riwayat
di atas adalah berdasarkan hadits riwayat imam Muslim.
Kebenaran kisah ini
Kisah ini
terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah dalam
Kitab Ahadisil Anbiya’, bab wafat Musa, 6/440, no. 3407; dalam Kitab Tafsir,
bab 'Dan Aku memilihmu untuk diri-Ku'(QS. Thaha: 41), 8/434, no. 4736; dalam
Kitabul Qadar, bab dialog Adam dengan Musa, 11/505, no. 6614; di Kitabut
Tauhid, bab keterangan tentang firman Allah, "Dan Allah telah berbicara
kepada Musa dengan langsung." (QS. An-Nisa: 164) Hadis ini diriwayatkan
oleh Muslim dalam Kitabul Qadar bab debat antara Adam dan Musa, 4/2042, no.
2652.
Kenapa Nabi Musa Mendebat Nabi Adam?
Kehidupan
dunia penuh dengan kelelahan dan kepayahan. Sebagaimana Allah sebutkan dalam
Al-Qur'an. "Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS. Al-Balad: 4).
Kelelahan ini terlihat di dalam segala urusan.
Satu
suapan saja makanan yang sampai kepada perut seseorang, melalui berbagai proses
yang tidak mudah, dan sering kali melalui kelelahan dan kepayahan dalam
mendapatkannya. Selain makanan dan minuman, seseorang harus membuat, mencari
pakaian dan tempat tinggal sebagai kebutuhan dasarnya.
Lebih
dari itu, dalam kehidupan, manusia tertimpa oleh penyakit-penyakit, manusia
mendapatkan musuh-musuh dan kawan-kawan yang sering kali mendatangkan masalah.
Gangguan pun bisa datang dari anak-anak dan kerabatnya.
Nabu Musa
'alaihissalam telah merasakan apa yang dirasakannya dari Fir'aun dan bala
tentaranya. Dia kabur dari Mesir ke Madyan setelah membunuh laki-laki Qibti. Di
Madyan, Musa menggembala kambing selama sepuluh atau delapan tahun. Dan setelah
Allah mengangkatnya menjadi Rasul, Musa menghadapi Fir'aun. Nabi Musa
menghadapi kebengalan dan kenakalan Bani Israil.
Baca
selengkapnya : kisah nabi Musa sebelum diangkat sebagai nabi, kisah nabi musa
'alaihissalam menghadapi Fir'aun, kisah nabi Musa AS menghadapi kaumnya (bani israil), kisah
nabi Musa AS menghadapi samiri, kisah nabi Musa AS menghadapi malaikat maut.
Mungkin
pada suatu waktu terbetik di pikiran Nabi Musa bahwa penyebab kelelahan ini
adalah Nabi Adam, yang telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga.
Pada masa itu Allah telah meminta nabi Adam agar tinggal di Surga setelah
menciptakannya.
Allah
mengizinkan buah-buahnya dan sungai-sungainya kecuali satu pohon. Allah
menjamin kepada nabi Adam tidak akan merasa lapar dan telanjang, dia juga tidak
akan merasakan haus dan tidak terkena sengatan matahari. Manakala nabi Adam
durhaka kepada Allah, yaitu dengan memakan buah pohon terlarang, maka Allah
menurunkannya dari rumah kekekalan ke rumah kelelahan, dan manusia tidak
mungkin hidup kecuali dengan perjuangan yang berat.
Baca juga
: kisah penciptaan nabi Adam AS
Oleh
karena itu, ketika nabi Musa mendapatkan kesempatan bertemu dengan bapaknya,
nabi Adam 'alaihissalam, dia mencelanya atas perbuatannya yang membuat dirinya
dan anak cucunya keluar dari Surga.
Dalam
perbincangan tersebut nabi Musa mengingatkan nabi Adam akan kemuliaan yang
diberikan oleh Allah kepadanya, di mana Allah menciptakannya dengan tangan-Nya,
sementara makhluk yang lain diciptakan dengan kata "Kun". Allah
meniupkan ruh-Nya padanya, menyuruh para Malaikat bersujud kepadanya,
mengizinkannya tinggal di Surga. Menurutnya, bagi barangsiapa diberi kemuliaan
semacam itu oleh Allah, maka tidak sepantasnya ia tidak mendurhakai-Nya
sehingga tidak menurunkan dirinya dan anak cucunya dari Surga.
Bantahan nabi Adam 'alaihissalam
Nabi Adam
merespon celaan Nabi Musa dengan celaan juga. Nabi Adam membantah ucapan Nabi
Musa. Dia mengingkari Nabi Musa, bagaimana mungkin sikap menyalahkan ini bisa
keluar dari orang seperti nabi Musa. Nabi Adam menyebutkan keistimewaan nabi
Musa yang diberikan Allah kepadanya. Nabi Adam berkata kepada nabi Musa,
"Kamu Musa yang telah diangkat oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya.
Dia memberimu Lauh yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia
mendekatkanmu kepada-Nya ketika kamu bermunajat. Berapa lama kamu mendapati
Allah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?" Nabi Musa menjawab dengan
jujur, "Empat puluh tahun."
Nabi Adam
bertanya, "Apakah kamu mendapati dalam Taurat, 'Dan Adam durhaka kepada
Tuhannya, maka dia sesat (QS. Thaha: 121)." Nabi Musa menjawab dengan
jujur, "Ya." Nabi Adam berkata, "Apakah kamu menyalahkanku
karena satu perbuatan yang aku lakukan yang telah ditakdirkan oleh Allah atasku
empat puluh tahun sebelum aku diciptakan?" Nabi Musa pun terdiam.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah menyatakan bahwa nabi Adam mengungguli
ucapan nabi Musa. Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimana bisa hal itu
terjadi? Bagaimana nabi Adam unggul dalam argumennya?"
Jawabannya
adalah bahwa nabi Musa menyalahkan nabi Adam karena nabi Adam telah
mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari Surga. Maka nabi Adam menjawabnya,
"Saya tidak mengeluarkan kalian dari Surga, akan tetapi Allah lah yang
menjadikan keluarnya diriku dengan sebab aku memakan buah pohon
terlarang."
Maka
pengeluaran nabi Adam bukan sesuatu yang lazim jika ia tidak diinginkan oleh
Allah Tabaraka wa Taala, karena mungkin saja Allah mengampuninya tanpa
mengeluarkannya dari Surga, dan mungkin juga Allah menghukum nabi Adam dengan
hukuman lain, bukan dengan mengeluarkannya dari Surga. Akan tetapi hikmah Allah
menuntut mengeluarkan nabi Adam dari Surga karena kebaikan yang banyak dan
besar yang hanya diketahui oleh-Nya. Oleh karena itu, nabi Adam mencela nabi
Musa atas celaannya kepadanya karena satu perkara yang telah dikehendaki dan
ditakdirkan oleh Allah, dan hal itu
sendiri bukan sesuatu yang lazim dari perbuatan Adam.
Ketetapan takdir Allah
Hadis ini
membantah para pendusta takdir (Qadariyah), karena hadis ini menetapkan takdir
terdahulu dan dalil-dalil yang menetapkan takdir adalah dalil-dalil yang
ketetapannya pasti dan dalalah-nya juga pasti, maka tidak ada peluang untuk
mendustakan dan mengingkari takdir. Barangsiapa mendustakannya, maka dia tidak
mengerti permasalahan yang sebenarnya.
Hadis ini
dicatut oleh kelompok Jabariiyah di mana –menurut mereka– hamba adalah orang
yang terpaksa dalam perbuatannya. Padahal, hadis ini tidak menunjukkan itu.
Nabi Adam tidak membantah nabi Musa dengan cara ini. Nabi Adam tidak terpaksa
memakan buah terlarang. Hal itu terkait kehendak nabi Adam -yang juga tidak
lepas dari kehendak Allah- ketika ditawari oleh iblis dengan tipu dayanya.
Dikeluarkannya nabi Adam dari surga adalah konsekwensi hukuman dari pelanggaran
terhadap larangan Allah. Dan masalahnya adalah seperti yang telah dijelaskan di
atas. Wallahu a'lam.
Pelajaran dan Faedah kisah ini
1. Dialog
antara orang-orang yang shalih dalam masalah yang musykil, dalam kisah ini
adalah nabi Adam yang berdialog dengan nabi Musa, diwajibkan atas peserta
dialog untuk tunduk kepada kebenaran jika ia telah jelas setelah sebelumnya
samar, seperti nabi Musa yang tunduk pada hujjah nabi Adam.
2.
Kewajiban beriman kepada perkara ghaib yang benar. Allah telah memuji
orang-orang mukmin bahwa mereka beriman kepada yang ghaib. Di antara perkara
ghaib yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah
percakapan yang terjadi antara nabi Adam dan nabi Musa. Adapun perkara ghaib
yang diklaim oleh sebagian orang tanpa berpijak pada dalil yang benar, maka hal
itu termasuk terlarang karena berkata atas nama Allah tanpa ilmu.
3. Pelaku
dialog hendaknya mengenal kelebihan lawan dialognya. Nabi Adam dan nabi Musa
masing-masing menyebutkan keunggulan lawannya dan kelebihan yang diberikan oleh
Allah kepadanya.
4. Hadis
ini menetapkan takdir yang mendahului. Banyak sekali dalil-dalil dalam hal ini.
Hadis ini membantah Qadariyah, kelompok yang menafikan takdir yang mendahului,
termasuk kelompok Mu'tazilah.
5.
Keterangan tentang keutamaan khusus yang dimiliki oleh nabi Adam. Allah
menciptakannya dengan tangan-Nya, memerintahkan para Malaikat untuk sujud
kepadanya, mengizinkannya tinggal di Surga-Nya. Sementara keistimewaan nabi
Musa bahwa Allah mengangkatnya dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberinya
Lauh yang mengandung penjelasan tentang segala sesuatu, dan Dia mendekatkannya
ketika dia bermunajat kepada-Nya. Keistimewaan-keistimewaan ini dimiliki oleh
keduanya. Sebagian telah disebutkan secara nyata di dalam Al-Qur'an dan
sebagian lain ditunjukkan oleh hadis-hadis lain selain hadis ini.
6.
Penetapan sifat tangan bagi Allah. Sifat ini tidak boleh dinafikan dan tidak
boleh didustakan, sebagaimana tidak boleh menyamakan tangan Allah dengan tangan
para makhluk, berpijak pada firman Allah, "Tidak
sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.
Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)
7.
Keterangan tentang sebagian ilmu di dalam Taurat yang diturunkan oleh Allah
kepada Musa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyatakan bahwa dalam
Taurat terdapat, "Dan Adam durhaka kepada
Tuhannya, maka dia pun sesat." Ayat ini terdapat di Al-Qur'an
sebagaimana terdapat juga di dalam Taurat yang Allah turunkan. Tetapi dalam
Taurat sekarang, hal itu sudah tidak ada. Sebab Taurat yang ada sekarang sudah
tidak terjamin kemurnian dan keasliannya, tidak seperti kemurnian dan keaslian
Al-Qur'an yang Allah jamin hingga hari kiamat.
8. Hadis
ini mengandung keterangan hakikat ilmiah yang ghaib, bahwa Allah menulis Taurat
empat puluh tahun sebelum nabi Adam diciptakan.
9. Hadis
ini menetapkan bahwa Allah menulis Taurat dengan tangan-Nya. Ini termasuk
keistimewaan Taurat sebagai keutamaan Musa.
Demikian
kisah nyata namun ghaib yang terjadi, yaitu debat antara nabi Adam dan nabi
Musa 'alaihima salam. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah para
nabi yang mulia ini.
Sumber :
Kisah-kisah shahih dalam Al-Qur'an dan Sunnah, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqor.