6/04/2016

Debat Nabi Adam dan Nabi Musa AS. Siapa yang Menang?


Kisahmusliminfo - Perdebatan yang terjadi di antara manusia biasa merupakan hal biasa. Namun, akan berbeda kesannya jika perdebatan terjadi di antara orang-orang shalih, apalagi di kalangan para nabi Allah 'alaihimussalam yang mulia. Mungkinkah hal itu terjadi? Ya, hal itu pernah terjadi. Nabi Musa dan nabi Adam 'alaihima salam pernah berdebat di hadapan Allah dan perdebatan tersebut disaksikan oleh rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam. Bagaimana hal itu bisa terjadi, ketiga nabi tersebut hidup di zaman yang berbeda? Jawabnya Allah maha berkuasa atas segala sesuatu, yang tidak mungkin bagi akal kita, Allah dapat melakukannya dengandangat mudah. Penasaran bagaimana kisahnya, mari kita simak uraiannya sebagai berikut.

Debat Nabi Musa dan nabi Adam 'alaihima salam

Musa berkata, ’Kamu adalah Adam yang diciptakan oleh Allah dengan tangan- Nya. Dia meniupkan ruh-Nya padamu, Dia memerintahkan Malaikat sujud kepadamu, dan Dia mengizinkanmu tinggal di Surga-Nya. Kemudian gara-gara kesalahanmu, kamu menjadikan manusia diturunkan ke bumi.’

Adam menjawab, Kamu adalah Musa yang dipilih oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu Lauh [kepingan kayu atau batu] yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia telah mendekatkanmu kepada-Nya sewaktu kamu bermunajat kepada-Nya. Berapa lama kamu mendapatkan Allah telah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?

Musa menjawab, ’Empat puluh tahun.’

Adam bertanya, ’Apakah di sana tertulis, 'Dan durhakalah Adam kepada Allah dan sesatlah dia.’ (QS. Thaha: 121)?

Musa menjawab, ’Ya.’

Adam berkata, ’Apakah kamu menyalahkanku hanya karena aku melakukan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah atasku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?’

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Adam mengungguli argumen Musa."

Riwayat di atas adalah berdasarkan hadits riwayat imam Muslim.


Kebenaran kisah ini

Kisah ini terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab wafat Musa, 6/440, no. 3407; dalam Kitab Tafsir, bab 'Dan Aku memilihmu untuk diri-Ku'(QS. Thaha: 41), 8/434, no. 4736; dalam Kitabul Qadar, bab dialog Adam dengan Musa, 11/505, no. 6614; di Kitabut Tauhid, bab keterangan tentang firman Allah, "Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." (QS. An-Nisa: 164) Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Qadar bab debat antara Adam dan Musa, 4/2042, no. 2652.


Kenapa Nabi Musa Mendebat Nabi Adam?

Kehidupan dunia penuh dengan kelelahan dan kepayahan. Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur'an. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS. Al-Balad: 4). Kelelahan ini terlihat di dalam segala urusan.

Satu suapan saja makanan yang sampai kepada perut seseorang, melalui berbagai proses yang tidak mudah, dan sering kali melalui kelelahan dan kepayahan dalam mendapatkannya. Selain makanan dan minuman, seseorang harus membuat, mencari pakaian dan tempat tinggal sebagai kebutuhan dasarnya.

Lebih dari itu, dalam kehidupan, manusia tertimpa oleh penyakit-penyakit, manusia mendapatkan musuh-musuh dan kawan-kawan yang sering kali mendatangkan masalah. Gangguan pun bisa datang dari anak-anak dan kerabatnya.

Nabu Musa 'alaihissalam telah merasakan apa yang dirasakannya dari Fir'aun dan bala tentaranya. Dia kabur dari Mesir ke Madyan setelah membunuh laki-laki Qibti. Di Madyan, Musa menggembala kambing selama sepuluh atau delapan tahun. Dan setelah Allah mengangkatnya menjadi Rasul, Musa menghadapi Fir'aun. Nabi Musa menghadapi kebengalan dan kenakalan Bani Israil.

Baca selengkapnya : kisah nabi Musa sebelum diangkat sebagai nabi, kisah nabi musa 'alaihissalam menghadapi Fir'aun, kisah nabi Musa  AS menghadapi kaumnya (bani israil), kisah nabi Musa AS menghadapi samiri, kisah nabi Musa AS menghadapi malaikat maut.

Mungkin pada suatu waktu terbetik di pikiran Nabi Musa bahwa penyebab kelelahan ini adalah Nabi Adam, yang telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari surga. Pada masa itu Allah telah meminta nabi Adam agar tinggal di Surga setelah menciptakannya.

Allah mengizinkan buah-buahnya dan sungai-sungainya kecuali satu pohon. Allah menjamin kepada nabi Adam tidak akan merasa lapar dan telanjang, dia juga tidak akan merasakan haus dan tidak terkena sengatan matahari. Manakala nabi Adam durhaka kepada Allah, yaitu dengan memakan buah pohon terlarang, maka Allah menurunkannya dari rumah kekekalan ke rumah kelelahan, dan manusia tidak mungkin hidup kecuali dengan perjuangan yang berat.

Baca juga : kisah penciptaan nabi Adam AS

Oleh karena itu, ketika nabi Musa mendapatkan kesempatan bertemu dengan bapaknya, nabi Adam 'alaihissalam, dia mencelanya atas perbuatannya yang membuat dirinya dan anak cucunya keluar dari Surga.

Dalam perbincangan tersebut nabi Musa mengingatkan nabi Adam akan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, di mana Allah menciptakannya dengan tangan-Nya, sementara makhluk yang lain diciptakan dengan kata "Kun". Allah meniupkan ruh-Nya padanya, menyuruh para Malaikat bersujud kepadanya, mengizinkannya tinggal di Surga. Menurutnya, bagi barangsiapa diberi kemuliaan semacam itu oleh Allah, maka tidak sepantasnya ia tidak mendurhakai-Nya sehingga tidak menurunkan dirinya dan anak cucunya dari Surga.

Bantahan nabi Adam 'alaihissalam

Nabi Adam merespon celaan Nabi Musa dengan celaan juga. Nabi Adam membantah ucapan Nabi Musa. Dia mengingkari Nabi Musa, bagaimana mungkin sikap menyalahkan ini bisa keluar dari orang seperti nabi Musa. Nabi Adam menyebutkan keistimewaan nabi Musa yang diberikan Allah kepadanya. Nabi Adam berkata kepada nabi Musa, "Kamu Musa yang telah diangkat oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu Lauh yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia mendekatkanmu kepada-Nya ketika kamu bermunajat. Berapa lama kamu mendapati Allah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?" Nabi Musa menjawab dengan jujur, "Empat puluh tahun."

Nabi Adam bertanya, "Apakah kamu mendapati dalam Taurat, 'Dan Adam durhaka kepada Tuhannya, maka dia sesat (QS. Thaha: 121)." Nabi Musa menjawab dengan jujur, "Ya." Nabi Adam berkata, "Apakah kamu menyalahkanku karena satu perbuatan yang aku lakukan yang telah ditakdirkan oleh Allah atasku empat puluh tahun sebelum aku diciptakan?" Nabi Musa pun terdiam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah menyatakan bahwa nabi Adam mengungguli ucapan nabi Musa. Mungkin ada yang bertanya, "Bagaimana bisa hal itu terjadi? Bagaimana nabi Adam unggul dalam argumennya?"

Jawabannya adalah bahwa nabi Musa menyalahkan nabi Adam karena nabi Adam telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari Surga. Maka nabi Adam menjawabnya, "Saya tidak mengeluarkan kalian dari Surga, akan tetapi Allah lah yang menjadikan keluarnya diriku dengan sebab aku memakan buah pohon terlarang."

Maka pengeluaran nabi Adam bukan sesuatu yang lazim jika ia tidak diinginkan oleh Allah Tabaraka wa Taala, karena mungkin saja Allah mengampuninya tanpa mengeluarkannya dari Surga, dan mungkin juga Allah menghukum nabi Adam dengan hukuman lain, bukan dengan mengeluarkannya dari Surga. Akan tetapi hikmah Allah menuntut mengeluarkan nabi Adam dari Surga karena kebaikan yang banyak dan besar yang hanya diketahui oleh-Nya. Oleh karena itu, nabi Adam mencela nabi Musa atas celaannya kepadanya karena satu perkara yang telah dikehendaki dan ditakdirkan oleh Allah,  dan hal itu sendiri bukan sesuatu yang lazim dari perbuatan Adam.

Ketetapan takdir Allah

Hadis ini membantah para pendusta takdir (Qadariyah), karena hadis ini menetapkan takdir terdahulu dan dalil-dalil yang menetapkan takdir adalah dalil-dalil yang ketetapannya pasti dan dalalah-nya juga pasti, maka tidak ada peluang untuk mendustakan dan mengingkari takdir. Barangsiapa mendustakannya, maka dia tidak mengerti permasalahan yang sebenarnya.

Hadis ini dicatut oleh kelompok Jabariiyah di mana –menurut mereka– hamba adalah orang yang terpaksa dalam perbuatannya. Padahal, hadis ini tidak menunjukkan itu. Nabi Adam tidak membantah nabi Musa dengan cara ini. Nabi Adam tidak terpaksa memakan buah terlarang. Hal itu terkait kehendak nabi Adam -yang juga tidak lepas dari kehendak Allah- ketika ditawari oleh iblis dengan tipu dayanya. Dikeluarkannya nabi Adam dari surga adalah konsekwensi hukuman dari pelanggaran terhadap larangan Allah. Dan masalahnya adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Wallahu a'lam.

Pelajaran dan Faedah kisah ini

1. Dialog antara orang-orang yang shalih dalam masalah yang musykil, dalam kisah ini adalah nabi Adam yang berdialog dengan nabi Musa, diwajibkan atas peserta dialog untuk tunduk kepada kebenaran jika ia telah jelas setelah sebelumnya samar, seperti nabi Musa yang tunduk pada hujjah nabi Adam.

2. Kewajiban beriman kepada perkara ghaib yang benar. Allah telah memuji orang-orang mukmin bahwa mereka beriman kepada yang ghaib. Di antara perkara ghaib yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam adalah percakapan yang terjadi antara nabi Adam dan nabi Musa. Adapun perkara ghaib yang diklaim oleh sebagian orang tanpa berpijak pada dalil yang benar, maka hal itu termasuk terlarang karena berkata atas nama Allah tanpa ilmu.

3. Pelaku dialog hendaknya mengenal kelebihan lawan dialognya. Nabi Adam dan nabi Musa masing-masing menyebutkan keunggulan lawannya dan kelebihan yang diberikan oleh Allah kepadanya.

4. Hadis ini menetapkan takdir yang mendahului. Banyak sekali dalil-dalil dalam hal ini. Hadis ini membantah Qadariyah, kelompok yang menafikan takdir yang mendahului, termasuk kelompok Mu'tazilah.

5. Keterangan tentang keutamaan khusus yang dimiliki oleh nabi Adam. Allah menciptakannya dengan tangan-Nya, memerintahkan para Malaikat untuk sujud kepadanya, mengizinkannya tinggal di Surga-Nya. Sementara keistimewaan nabi Musa bahwa Allah mengangkatnya dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberinya Lauh yang mengandung penjelasan tentang segala sesuatu, dan Dia mendekatkannya ketika dia bermunajat kepada-Nya. Keistimewaan-keistimewaan ini dimiliki oleh keduanya. Sebagian telah disebutkan secara nyata di dalam Al-Qur'an dan sebagian lain ditunjukkan oleh hadis-hadis lain selain hadis ini.

6. Penetapan sifat tangan bagi Allah. Sifat ini tidak boleh dinafikan dan tidak boleh didustakan, sebagaimana tidak boleh menyamakan tangan Allah dengan tangan para makhluk, berpijak pada firman Allah, "Tidak sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.
Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

7. Keterangan tentang sebagian ilmu di dalam Taurat yang diturunkan oleh Allah kepada Musa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyatakan bahwa dalam Taurat terdapat, "Dan Adam durhaka kepada Tuhannya, maka dia pun sesat." Ayat ini terdapat di Al-Qur'an sebagaimana terdapat juga di dalam Taurat yang Allah turunkan. Tetapi dalam Taurat sekarang, hal itu sudah tidak ada. Sebab Taurat yang ada sekarang sudah tidak terjamin kemurnian dan keasliannya, tidak seperti kemurnian dan keaslian Al-Qur'an yang Allah jamin hingga hari kiamat.

8. Hadis ini mengandung keterangan hakikat ilmiah yang ghaib, bahwa Allah menulis Taurat empat puluh tahun sebelum nabi Adam diciptakan.

9. Hadis ini menetapkan bahwa Allah menulis Taurat dengan tangan-Nya. Ini termasuk keistimewaan Taurat sebagai keutamaan Musa.

Demikian kisah nyata namun ghaib yang terjadi, yaitu debat antara nabi Adam dan nabi Musa 'alaihima salam. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah para nabi yang mulia ini.

Sumber : Kisah-kisah shahih dalam Al-Qur'an dan Sunnah, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqor.